Teman
merupakan orang-orang penting di bagian hidup ku, hampir setiap hari aku
bertemu dengan mereka. Mereka mempunyai sifat yang berbagai macam, karna teman
itu termasuk makhluk yang sengaja Tuhan ciptakan untuk meramaikan kisah hidup
ku di dunia. Ada yang menjengkelkan, meyenangkan, membuat hidup ku bahagia,
mengukir senyum ku setiap hari, bahkan, kadang mereka membuat ku menangis
sedih.
Sifat yang
aku sebut barusan menunjukan keterangan ku kepada mu, kamu adalah salah satu
teman ku yang paling aku hafal. Kita dekat, bahkan sangat dekat sampai aku lupa
kita hanya sebatas teman. Kadang, tingkah mu yang membuat ku nyaman telah
menciptakan suatu keinginan yang lebih lebih dari sekedar teman, yang jika aku
dapatkan itu, aku akan menjadi orang paling bahagia di dunia
Tetapi permasalahnya,
hanya aku yang merasakan itu, bukan kamu. Kita dekat, hampir setiap hari kita
bertemu, hampir setiap hari kau membuat ku tersenyum, dan itu semua menjadi
alasan yang kuat ketika aku hampir lupa bahwa kita hanya teman. Senyum ku
yang kau ciptakan dari lelucon mu itu merupakan tanda, tanda bahwa aku bahagia
berada di dekat mu. Tapi, kau tidak pernah sadar akan tanda yang ku beri. Bagaikan
awan hitam yang mendesak matahari siang untuk pergi ketika langit mulai mendung,
aku mulai gundah. Seperti ada yang mengganjal di dada yang tidak bisa di hilangkan.
Layaknya
Alva Edison yang tidak pernah menyerah dari kegagalan dalam menemukan bola
lampu nya itu, aku pun juga mencoba lebih dari 1999 kali, dan tetap tidak bisa.
Beda nya, Alva Edison telah berhasil menemukan bola lampu hasil temuan nya yang
sekarang melihat dari atap dinding menjadi saksi bisu kedekatan kita. Tapi aku,
aku menyerah di tengah-tengah. Menurutku, lebih baik gelap tanpa lampu yang menciptakan
ketentraman, daripada terang nya lampu yang hanya menyilaukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar