Secangkir Hot Macchiato

Jumat, 18 Desember 2015

Jumat malam, disaksikan awan hitam


Aku masuk dengan langkah gontai ke dalam cafe
Membuka pintu cafe yang terbuat dari kaca dan menemukan pelayan yang tersenyum ramah kepada ku dibalik meja kasir.
Dengan penuh rasa lelah yang tergambar pada wajah, aku membalas senyum pelayan itu dengan pasrah. Menerawang ke seluruh penjuru ruangan, memilih dimana letak duduk paling strategis untuk menyendiri dalam keadaan seperti ini.
Dipojok sana, meja bernomor 22 dekat jendela yang menyediakan pemandangan untuk berkelana
Aku duduk dan merasakan lingkungan sekitar. Tak lama pelayan datang membawa menu yang berisikan tentang berbagai jenis kue, berbagai macam teh dan puluhan macam kopi. Kopi? Ah... Aku teringat padanya yang waktu itu, pernah mengajak ku untuk menikmati nikmat nya kopi pada malam minggu. Ah, tidak... Mungkin dia hanya berbasa-basi. Dan dia, adalah alasan untuk ku merenung sendiri disini.

Aku tidak tau persis apakah dia addict dengan kopi atau hanya sekedar suka meminum kopi.
Tapi, jika itu benar terjadi dulu, mungkin kami akan memilih meja outdoor. Mungkin. Karna menurut ku, dia lebih menikmati ngopi nyambi menghisap rokok dan ngobrol. Entah apa yang akan kami bicarakan mengingat dia sangat cuek. Kalo ngobrol lewat sosial media sih, kadang, cuek. Bercanda juga, tapi kebanyakan cuek nya. Entah jika bertemu asli nya.
Menurut ku itu akan menjadi hari yang penuh dengan senyum. Akan ku pastikan, jika itu terjadi, senyuman di wajah ku tidak akan luntur sampai aku pulang kerumah dan besok nya hingga seterusnya. Dan suatu saat, jika aku mengingat saat itu, bibir ini akan membentuk senyuman kembali. Akan menjadi kenangan manis untuk ku, entah itu kenangan apa yang akan dinamakan oleh nya.


Aku memesan segelas hot macchiato kepada pelayan, dan aku tidak ingin makan apapun untuk sekarang. Setelah memesan dan pelayan itu pergi, aku mulai menikmati tempat ini.
Menerawang ke arah mana mata ku akan berputar. Menikmati bau harum kopi dari balik punggung barista yang sedang asyik membuat gambar di atas kopi pesanan pelanggan. Aku membayangkan jika dia duduk disini, didepan ku, bersama ku, meminta pelayan untuk membuat kan gambar berbentuk love diatas busa pada cangkir kopi yang aku pesan. Ah tidak sar, itu mustahil. Sepertinya dia tidak gila dan seromantis itu.
Gemericik hujan yang seolah mengetuk jendela dari luar seakan membuyarkan lamunan bodoh ku. Semburat awan hitam yang mendominasi malam membuat keadaan diluar semakin gelap. Malam ini, awan bersedih dan menangis pada malam dingin.


10 menit berlalu dengan tatapan kosong ke arah jendela, memperhatikan hujan dan aku terpesona oleh lampu-lampu jalanan pada malam hari. Asal kalian tau, ini serius, aku jatuh cinta dengan malam dingin serta awan yang menurunkan hujan yang membasahi jendela, menyediakan berbagai macam warna lampu jalan diluar sana. Aku berharap kita bisa merasakan keadaan seperti ini bersama. Suatu saat. Sampai pelayan datang menghancurkan lamunan bodoh ku untuk kesekian kali.


Pelayan datang dengan secangkir hot macchiato pesanan ku yang busa nya bergambar kan love.
Aku tertawa pelan. Darimana barista itu tau aku sedang jatuh cinta. Tidak, tapi sepertinya cinta ku tak akan terbalas oleh pria cuek yang tinggal di sebelah utara Jakarta.
Bahkan peri cinta sialan itu menuntut balik panah yang sudah menancap di hati.


Aku mulai menikmati kepulan asap hangat dari cangkir ku, menghirup dan meminumnya. Dengan tujuan utama: menghilangkan penat dan merenung tentangnya. Sendiri menyeruput kopi. Bahkan, cangkir kopi terlihat termenung juga. Seakan-akan cangkir itu bisa berbicara dan ia mengatakan “aku butuh teman. Kenapa kamu datang sendiri? Kenapa kamu hanya memesan segelas kopi di atas meja ini? Tolong, jika kamu ingin kembali, bawalah pasangan mu atau setidaknya teman kencan mu besok. Aku yakin kamu pasti butuh teman bukan? Teman kencan yang membuat senyum mu selalu mengembang. Ajak lah dia berbicara, rayu lah dia untuk menemani mu kembali kesini menikmati kopi, menikmati pemandangan dengan jendela basah karna rintikan hujan yang masih turun, yang menyediakan kilauan lampu jalanan yang berwarna. Bukan hanya kamu yang butuh teman, aku pun juga” ah tidak. Maaf, bukan bermaksud untuk mengajak cangkir itu ikut dalam merasakan sepi nya diriku, tapi, itu tidak semudah yang di ucapkan oleh nya. Begitu banyak rasa malu yang di korbankan untuk menggoda dirinya. Sudahlah... sudahi saja malam ini beserta rentetan renungan ku yang tak masuk akal. Bagaimana itu bisa terjadi jika aku saja baru mengenal nya, aku yakin, aku bukan apa-apa di banding mereka yang lebih penting. Tapi, mungkin, akan kucoba saran cangkir itu.

Suatu saat, aku akan datang kemari bersama nya menjadi teman kencan, bahkan mungkin, jika Allah mengijinkan, kami akan kembali dan menyebut kami dengan “pasangan” hahaha

Dengan sedikit berbisik, aku mengatakan sesuatu: maaf, cangkir. Besok, kau tidak akan sendirian lagi diatas sini jika aku mengajak nya. Dia akan memesan satu cangkir lagi untuk menemani mu. Seperti dia yang sedang menemani ku, nanti. hahaha (aamiin)

2 komentar:

  1. Kayaknya yg lu maksut anak utara itu , si alif ya pil??? Wkwkwk

    BalasHapus
  2. Gua pengomentar pertama nih, kasih hadiah dong pil wkwkw

    BalasHapus

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS